Sabtu, 19 Januari 2013

Kumpulan Puisi


Dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Menguak Tabir”

Jingga Senja
Hilang nestapa bercampur ria
Semburat goresan bibir muncul di senja
Menembus jingganya langit menghantam bumi
Memercikkan kedamaian insani
Lihat awan menggantung rendah
Menggumpal tutupi sinar merah
Tampak pula burung terbang menuju rumah
Berkejar-kejaran dengan pasangannya
Memperlihatkan betapa romantisnya mereka
Di balik eksotika alam

Kulihat Ayah Lewat Senja

 Dimuat dalam Buku Antologi Cerpen Sketsa Ayah

Menatap langit senja telah menjadi kebiasaan Yuki, wanita manis bertubuh mungil dengan lesung pipi sebelah kiri. Yuki mulai menyukai senja saat masih berumur sembilan tahun. Masih teringat jelas olehnya sosok ayah yang sangat ia kagumi yang memboncengnya dengan sepeda ontel. Membawanya ke atas salah satu bukit di desa kelahiran Yuki untuk menikmati indahnya senja. Ayah Yuki sosok pendiam dan penyayang juga giat bekerja. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah petuah, sayang untuk dilewatkan. Begitulah anggapan Yuki saking jarang ayahnya untuk berbicara.
Hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, sebab kali ini Yuki menatap senja dengan ditemani linangan air mata. Ia merindukan ayahnya. Bagi Yuki, melihat senja bagai melihat sosok ayahnya. Kenangan bersama ayahnya berkelebat dalam pikirinnya hingga membuncahkan kesedihan juga kebanggaannya memiliki ayah yang luar biasa.