Senin, 25 November 2013

Rahasia Hujan



Malam kembali bermain
Bersama deru hujan
Menikmati masa-masa bersama
Dalam gemerincik butir bening

Kamis, 07 November 2013

Pil Penenangku


Lenyaplah dalam lelah
Di balik selimut malam
Rembulan ikut sirna
Di telan awan pekat menghitam

Kerinduan



Bagaiman ini?
Aku bak hujan yang merindukan rinainya
Lemah-selemahnya untuk bertahan
Dalam badai kerinduan yang tak semestinya

Saling Menanti



Lihatlah, betapa sepinya saat ini
Hanya detak jarum jam yang menemani
Dengan sedikit hembusan angin panas di luar
Menerpa abu-abu sunyi

Labil Hati



Saat ini aku masih dalam kondisi hati yang kurang baik. Benar, beberapa hari ini suasana hatiku tak kunjung membaik. Selalu ada saja yang mengacau ketenangannya. Bahkan hal-hal kecil menjadi sangat sensitif buatku. Aku urung mendekati banyak orang. Bahkan nyaris menjauh. Memasang jarak dan batas komunikasi. Tak tahu akibatnya dan tak mau tahu sama sekali. Aku kerap tak ingin orang lain menjadi bulan-bulanan emosiku yang berfluktuasi dalam rentang yang jauh.

Ketika Cinta Mengejar Cinta



Sinar menerobos paksa celah-celah jendela rumah. Pertanda pagi berhasil memenangkan pertarungan dengan malam. Memamerkan cerahnya hari ini. Langit ikut membiarkan awan putih bergelantung bebas berarakan. Bau khas tanah hasil hujan semalam menguap bersama dinginnya pagi. Memang benar pagi yang cerah, tapi tidak dengan kondisiku yang lemah. Terseok aku membawa badan setengah sadar.

Sahabat Menggores Luka



Siang itu menjadi saat yang temaram buatku. Seseorang yang selama ini aku anggap sahabat mengirimkan sebuah pesan via inbox online kepadaku. Penasaran, aku langsung membuka dan menjamah habis isinya. Terpana aku membaca kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Pesan itu berisi kebenciannya padaku. Ya,, aku menyebutnya dengan kebencian. Aku tak pernah menyangka bahwa di balik senyumnya terselip kebenciannya padaku.