Kenapa beberapa hari terakhir ini aku sering nge-drop ya?? Padahal sebelumnya gak pernah
kayak gini deh. Juga gak pernah ngerasa sedang mengidap sakit yang gimana
banget. Anehnya, sakit ini suka datang dan pergi secara tiba-tiba, juga dalam
waktu yang tak lama. Kalau orang-orang bilang sih kumat-kumatan. Gak pernah
bisa diduga. Mungkin orang-orang sekitar berpikir aku tengah berbohong. Terserahlah,
aku juga seperti tengah dibohongi oleh diriku sendiri. Kesal juga terkadang.
Kalau udah kumat, badan bisa serasa panas dingin, tulang serasa
ngilu, sudah pasti tubuh melemas. Belum lagi kepala yang sakitnya minta ampun, serasa
melayang. Kalau gak kuat, bisa-bisa pingsan. Tapi sejauh ini aku masih bisa
mengendalikan kondisi. Setidaknya untuk tidak terlalu terlihat dengan
orang-orang sekitar. Stay cool man!!
Namun begitu, terkadang ini menjadi sebuah hambatan
ketika aktivitas kian menumpuk. Terlebih jika sakitnya mulai terasa mengganas, terpaksa
aktivitas harus berhenti sejenak. Kalau terus dipaksa bisa-bisa akan memperparah
keadaan. Dan memang apa yang dikerjakan juga bakal berantakan, jadi percuma. Lebih
baik istirahat barang sebentar.
Sebenarnya aku gak terlalu suka mengumbar apa yang sedang
aku rasain. Karena itu, selama ini sebisa mungkin aku merahasiakannya, termasuk
kepada orang tuaku sendiri. Kecuali jika terlanjur ketahuan atau sedang berada
pada kondisi tersulit yang mengharuskan untuk jujur. Itupun selalu berdalih, “Cuma
kurang tidur aja”. Ya begitulah aku, sejak kecil orang tuaku memang tidak membiasakan
anak-anaknya untuk bermanja atau sekedar mengeluh. Salah sendiri, aku jadinya
kayak gini. Maaf kalau buat mamak dan ayah khawatir.
Minum obat atau pergi ke dokter, mungkin ini menjadi
sesuatu yang melekat dengan kata sakit. Tapi tidak denganku. “Kalau sakit,
kasih istirahat bentaran juga bakal mendingan”, pikirku. Sebenarnya aku pernah
trauma dengan hal-hal semacam itu. Pernah suatu ketika aku jatuh sakit. Tak perlulah
aku katakan jenis penyakitnya. Awalnya aku berpikir hanya sakit biasa yang jika
istirahat bentar bakal pulih. Tapi aku salah. Semakin hari kondisiku semakin memburuk.
Hanya dapat berbaring seperti manusia setengah bernyawa. Antara hidup dan mati.
Melihat kondisiku, mungkin orang tuaku merasa miris. Ya,
aku sendiri saja miris melihat diriku seperti itu. Orang tua mana yang tega
menyaksikan anaknya nyaris tak terselamatkan? Aku pikir tidak ada. Hingga akhirnya
aku dibopong ke dokter langganan keluarga. Mungkin jika aku tak selemah saat
itu, aku sudah berontak. Jujur saat itu aku sudah tak berdaya. Proses pemeriksaan
berjalan seperti biasa. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar, dan sungguh
menjawabnya sangat menguras tenaga yang tersisa. Dan akhirnya,
Ayah:
Bagaimana, dok??
Dokter:
Mengapa baru dibawa sekarang, pak? Dia terserang ### (sensor man). (kurang
ajar, dimarahinya pula ayahku)
Ayah:
Apaaa?? (#slow motion)
Dokter:
Saya akan kasih resep untuk tiga hari ke depan. Jika dalam waktu tiga hari masih
tidak ada perubahan. Berarti harus diopname, saya akan rekomendasikan ke dokter
spesialis.
Ayah:
Apa separah itu, dok??
Dokter:
Ini sudah parah pak, saya takut tidak bisa diselamatkan. (sumpah, waktu itu aku
berpikir dokternya lebay tingkat akut)
Nah, sejak saat itu aku tidak mau berobat lagi kecuali jika
aku sudah terkapar tak berdaya. Bayangkan saja, jika saat itu aku atau ayahku
sedang dalam keadaan lemah jantung, hal terburuk lainnya bisa saja terjadi. Tapi
untung tidak. Syukurlah. Mungkin kalian berpikir aku terlalu naif atau bodoh. Ya,
mungkin saja, tapi aku melakukan ini karena aku tidak lagi ingin melihat
kekhawatiran di wajah orang tuaku hanya karena aku. Aku pikir ini wajar sebagai
seorang anak. Toh, aku masih bisa
menjaga diriku sendiri. Aku yang tahu bagaimana kondisiku karena aku yang
merasakannya. Bahkan seorang dokter saja bertanya apa penyakit kita saat kita
datang berkunjung. Bukankah begitu??
Oce, kembali ke topik awal. Keanehan-keanehan pada diriku
akhirnya membuat aku flashback. Mencoba
menelaah penyebab sehingga aku sering nge-drop
akhir-akhir ini. Pertama, dari segi
pola makan. Haha,, jelas ini menjadi salah satu alasannya. Pola makanku tidaklah
teratur. Suka telat makan, bahkan tak jarang sampai tidak makan. Sehari bisa
hanya sekali saja. Terkadang lupa, karena kalau sudah lewat jam makan, pasti
sudah tidak terasa lapar lagi. Akhirnya yang ada cuma makan angin. Kedua, dari segi istirahat. Nah, untuk yang satu ini gak sepenuhnya
kesalahanku donk ya. Soalnya akhir-akhir
ini memang susah tidur cepet. Gak jarang baru bisa tidur di atas pukul 2 atau 3
pagi. Kebiasaan begadang kali ya. Kalau mau diseimbangkan dengan tidur siang
juga kayaknya gak mungkin, karena aktivitas yang cukup menyita, lebih tepatnya
aku yang selalu mencari kesibukan. Tak jarang pulang ke rumah ketika gelap
sudah berhasil menguasai langit. Kalaupun mau istirahat, paling hanya duduk
nyantai bentar, gak bisa sampai tidur nyenyak.
Ketiga, dari segi porsiran energi. Seperti yang sudah kukatakan
sebelumnya. Sebisa mungkin aku selalu mencari kesibukan, apapun itu. Aku juga
tidak tau mengapa aku selalu begitu. Jika aku berdiam diri, pikiranku bakal
melayang entah kemana, bahkan kepada hal-hal yang gak seharusnya aku pikirkan. Dan
ini sangat menyebalkan buatku. Untuk itu, aku selalu berusaha untuk tetap
mengerjakan sesuatu. Setidaknya jika aku hanya duduk barang istirahat sebentar,
aku memikirkan sesuatu yang akan kukerjakan ataupun yang aku anggap penting. Nah, bisa dibayangkan bagaimana kondisi
jika pemasukan lebih sedikit daripada pengeluaran.
Keempat, salah suplemen. Haha,, aku geli sendiri kalau udah
ingat ini. Karena aku merasa kondisi badan yang sedikit tidak seperti biasanya,
akhirnya aku membeli sebuah suplemen. Jelas tanpa sepengetahuan siapapun. Aku tidak
ingin siapapun tahu. Akhirnya dengan penuh harapan, aku meminumnya saat badan
terasa kurang fit. Awalnya biasa
saja, lama kelamaan koq agak aneh. Mungkin saking hebatnya pengaruhnya terhadap
daya tahan tubuh, sampai-sampai kalau aku gak makanpun gak berasa apa-apa
(alias makin gak selera makan). Tentu aja ini buat aku makin nge-drop. Waktu kubaca lagi keterangannya, ternyata
memang salah suplemen. Bego!!
Kelima, dari segi pikiran. Untuk yang satu ini aku gak begitu
yakin sih. Bukan gak yakin kalau
tingkat stres seseorang berpengaruh pada kesehatannya, tapi lebih kepada apakah
aku memang stres atau lebih sederhananya ‘banyak pikiran’. Aku coba berpikir
dan trus berpikir. #Nah, loh?? Teringat
olehku perkataan orang rumah dan juga temen-temen terdekat, “Gimana badanmu gak
kecil, yang kau makan itu semuanya lari ke otak.”. “Mending ke otak daripada ke
tiiiiiiiit*,” pikirku. Ada juga temen yang bilang, “Kau itu, kalau ada apa-apa
diceritain, jangan dipendam mulu. Ntar makin kecil badanmu itu.”
Setelah itu aku berpikir lagi. Apa iya memang begitu? Entahlah,
tapi aku gak begitu yakin kalau pengaruhnya sampai sejauh itu. “Kalau gak
berpikir gak hidup,” pikirku.
Keenam,
mandi malam. Karena aku suka
pulang malam, tentu saja mandinya malam. Kalau gak mandi, ntar susah tidurnya. Aktivitas
seharian membuat badan terasa lengket. Aku pikir mandi bisa menyegarkan. Awalnya
aku pikir ini gak ada pengaruhnya. Sampai akhirnya ada salah satu temen yang sakit
karena hal ini. Kalau memang ini benar, ada dua alasan yang aku temui di sini, sering
kena angin malam dan sering mandi malam. Sebenarnya Ayah selalu marah kalau
tahu aku mandi malam, tapi mau gimana lagi. Lama kelamaan kayaknya ayah capek
bilangin aku. Bandel sih..hehe..
Nah, sampai sejauh ini kayaknya udah jelas banget ya
penyebabnya. Dan ini semua salah siapa? AKU...
#Ayah, jika aku tidak lagi bisa bertahan, kumohon jangan
bersedih. Terima kasih karena telah mengkhawatirkanku. Tapi aku tidak ingin ayah
terus begitu. Ayah, sepertinya aku haus darah... bagaimana ini???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar