“Ambil hal positif, sertai dengan pikiran
positif dan lakukan dengan positif, tak lain akan menelurkan hal yang positif
pula.”
Aku masih saja tak mengerti
dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Begitu banyak kesalahan-kesalahan
maupun keadaan yang menyimpang dari harapan. Pernahkah kalian berpikir mengapa
dunia begitu kejam dengan keadaan. Menuai kisah tak terenggut oleh kedamaian.
Bagaimana mungkin hidup bisa begitu kejam?
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa
Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada hambaNya melebihi kemampuan
hambaNya tersebut. Berbekal pernyataan ini aku mulai menjalani hari-hari
yang semakin lama terasa semakin kelam. Tak tahu apakah aku telah melakukan
suatu kesalahan dan inilah hal buruk sebagai akibatnya atau memang ini adalah
sebuah cobaan yang diturunkan Tuhan. Semakin aku berusaha melakukan demi
menjadi yang terbaik, semakin aku merasa tersudut dengan hal-hal yang tak
pernah diharapkan.
Bagaimana mungkin ini bisa
terus terjadi? Aku di sini masih saja berkutat dengan orang-orang yang tak pernah
mengerti betapa aku tak ingin ini terjadi. Lalu apakah aku harus tetap diam dan
menjalani hari-hari seperti ini? terus dan terus. Aku kira tidak. Lalu
bagaimana yang benar? Apa yang harus kulakukan demi menyelesaikan semuanya?
Para motivator mengatakan
“Selesaikan”. Jika hanya jawaban ini yang bisa terlontarkan oleh mereka, buat
apa kita harus membuang banyak tenaga, uang dan waktu untuk mereka. Dunia juga
tahu segala sesuatu yang belum selesai harus diselesaikan. Lalu penyelesaian
yang bagaimana yang harus kita pilih untuk digunakan? Itu yang menjadi
persoalan dan terkadang tidak semua orang tahu jawabannya, sehingga mereka yang
merasa tersudut oleh penantian jawaban tersebut membutuhkan bantuan sesama
dalam manuntaskannya.
Manusia merupakan makhluk
sosial, semua orang juga yakin akan hal ini. Lalu orang yang seperti apa yang
dapat menjadi teman yang baik? Kita tak mungkin berteman dengan semua orang
bukan? Ada pendapat yang menyatakan bahwa diri kita dapat diukur dengan
bagaimana teman kita. Lalu akankah kita tetap bertahan berada di tengah
orang-orang yang selalu berusaha menjatuhkan kita?
Terkadang kita tak bisa lepas
dengan mereka. Tuntutan takdir atau apalah namanya hingga kita benar-benar
selamanya harus berada di dekat mereka, orang-orang yang begitu kejam dengan
kita. Aku kira ini sangat keterlaluan. Selamanya bertahan di tengah mereka akan
membuat kita semakin terpuruk oleh keadaan karena selalu memikirkan perkataan
mereka dan akhirnya mengiyakan apa yang mereka katakan terhadap kita. Lambat
laun kita akan terjebak oleh kebencian. Namun tetap tak dapat berbuat apapun.
Hidup dengan penuh kebencian rasanya bagai menjilat bara api lalu menelannya
bulat-bulat tanpa henti.
Lain lagi ungkapan yang
menyatakan bahwa lebih baik berteman dengan musuh daripada dengan teman
sendiri. Lebih baik mendengarkan kritikan musuh daripada kritikan teman
sendiri. Terkadang hal ini benar. Ketika kita memiliki seseorang yang kita
anggap sebagai musuh kita, maka apa yang dikatakannya terkadang adalah sebuah
kenyataan yang memilukan kita. But its reality. Mereka akan mengungkap apa saja
tentang kita yang tak pernah kita harapkan dan tak akan kita temukan dari mulut
teman kita. Seorang teman tidak akan tega menyatakan kejelekan kita di depan
kita bukan? Dia senderung mengatakan yang baik terhadap kita meski terkadang
itu adalah dusta.
Pernahkah membayangkan bahwa
perkataan dari musuh akan lebih membangun jiwa kita menjadi lebih baik daripada
perkataan dari teman? Ini satu hal positif dari seorang musuh. Namun bukan
berarti aku menyarankan kalian untuk memiliki musuh, hanya saja terkadang yang
kita butuhkan bukanlah sebuah pujian melainkan kritikan pedas dari seseorang
yang akhirnya dapat kita tanggapi dengan perubahan menuju pembangunan jiwa yang
baik.
Di sini mungkin akan sangat
bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa akan sangat
sulit hidup di kelilingi oleh orang-orang yang tak pernah kita harapkan.
Sepintas benar. Namun jika kalian dapat berpikir di luar kotak pemikiran kalian
sekarang, kalian akan temukan bahwa
pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan di atas sangat terpaut. Tergantung
bagaimana kita menaggapinya. Benar, sulit jika kita berada di dekat orang-orang
yang tidak kita sukai. Itu jika kita hanya terpuruk dengan hinaan-hinaan yang
mereka lontarkan terhadap kita tanpa berbuat apapun. Dan sulit jika kita selama
ini telah terbiasa berada di zona nyaman dan dengan terus beranggapan kita
hanya membutuhkan orang-orang yang mampu memberikan dukungan penuh atas apa
yang kita lakukan.
Namun, jika kita dapat melihat
semuanya dengan pandangan yang lebih positif, mungkin kita akan mendapatkan
sesuatu yang lebih positif pula. Kita membutuhkan keseimbangan di sini. Baik
dari internal maupun eksternal. Jika kita berjiwa besar, kita dapat menjadikan
kritikan musuh menjadi sebuah pelajaran untuk membenah diri menjadi pribadi
yang lebih baik. Akan muncul rasa untuk membuktikan bahwa apa yang telah mereka
katakan terhadap kita adalah salah adanya.
Dan untuk itu, kita membutuhkan dukungan orang-orang yang kita sanyangi dan
menjadikannya sebagai sebuah keindahan hidup berupa semangat bagi kita untuk
menjalani hari-hari berat selama ini.
Bukankah ini lebih
menyenangkan? Ambil hal positif, sertai dengan pikiran positif dan lakukan
dengan positif, tak lain akan menelurkan hal yang positif pula. Bila masih tak
mendapatkannya, lakukan lagi hingga kita dapatkan apa yang kita mau. Hidup
hanya sekali, jadi jangan sia-siakan dengan hal yang tak perlu. Lakukan
sekarang atau tidak sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar