Sabtu, 04 April 2015

Aku Tak Ingin Lagi Berlari

Aku berdoa pada Tuhan agar ia membiarkanku lari dari kehidupan yang selama ini menyesakkan. Aku memohon padaNya agar memberiku sedikit saja jalan untuk dapat menghindar dari segalanya, segala yang sangat menyakitkan. Aku meminta padaNya untuk membawaku pergi saat aku tak lagi mampu berlari dari segalanya. Aku berpikir segalanya benar, apa yang aku pikirkan dan kuinginkan itu adalah jalan keluar. Lalu Tuhan mengabulkan, tentu saja dengan caraNya, cara yang tak pernah dimengerti. Mungkin karena tahuku tak sampai di sana. Ketika aku tak lagi mampu berlari untuk sekedar menghindar, Tuhan mengirimkan seseorang yang akan membawaku pergi jauh. Ia datang untuk membawaku berlari, entah kemana. Menawarkan segalanya, kehidupannya bersamaku. Hingga menjadi kehidupan kami. Aku senang, sampai akhirnya aku tersadar. Aku meminta pada Tuhan agar membiarkanku  lari dari kenyataan saat ini, tapi Tuhan memberiku jalan untuk berlari selamanya, bersamanya. Sesaat aku berpikir, mungkin Tuhan bukan sedang mengabulkan pintaku, tetapi tengah memberiku pelajaran untuk menyadarkanku. Bahwa lari dari kenyataan bukanlah jalan keluar, melainkan sebuah kebodohan. Berpikir dengan emosi hanya akan membuahkan keputusan yang sia-sia. Benar,, saat itu aku hanya terbawa emosi. Aku memohon pada Tuhan dengan emosi,, bukan hatku. Aku tidak akan mampu berdiri selamanya jika tak mampu menghadapi kenyataan, kenyataan yang pahit sekalipun. Dan akhirnya aku benar-benar tersadar bahwa aku tak lagi ingin berlari. Aku harus siap menghadapi, agar aku tahu seberapa besar aku mampu.

1 komentar:

  1. Setuju mbak. Banyak orang-orang yang mengalami hal sama. Memilih berlari daripada menghadapi. Sebaiknya kita hadapi saja. :)

    BalasHapus