Hari ini aku lebih banyak menghabiskan waktu di
luar rumah. Jadi, waktu untuk bertemu seisi rumah juga gak lama-lama banget.
Terlebih lagi aku berada di luar rumah pada waktu-waktu yang memungkinkan semua
keluarga untuk berkumpul. Dan berada di rumah pada waktu-waktu sebaliknya. Aku
sudah beranjak keluar rumah sejak pagi buta dan baru pulang usia petang. Tak
perlu kuulang alasannya kawan, alasannya masih sama. Yach, masih sama. Semuanya
masih terasa sama. Aku mash saja merasa tak berkeluarga meski sebenarnya aku
begitu ‘dekat’ dengan mereka.
Tapi tak apalah, lupakan. Sebenarnya hari ini aku
tak berminat bercerita tentang hal itu kawan. Karena beberapa hari terakhir ini
aku sudah banyak menceritakan tentang gundah gulana yang tak sedap didengar dan
cukup menguras perasaan. Kali ini aku ingin bercerita tentang orang-orang yang
kembali membangkitkan semangat menulisku. Yup, dalam waktu terakhir ini aku
merasa sedang puasa menulis. Bagaimana tidak, jadwal yang tidak terkoordinir
dengan baik membuatku cukup kewalahan menghadapi aktivitas yang melelahkan.
Dua hari yang lalu, tepatnya hari jum’at.
Seharusnya hari itu cukup lengang oleh jadwal. Namun, tanpa diduga, mendadak
ada laporan mata kuliah yang menyelinap masuk di hari itu. Dan tahukah kalian
kawan, sudah setengah semester aku berada di semester empat, tapi baru kali
inilah aku melakukan pertemuan dengan mata kuliah ini. Selama ini dia cuma ada
di jadwal aja, gak pernah masuk. Bukan karena aku malas atau sering bolos, tapi
memang mata kuliah ini gak jelas. Ini mata kuliah kewirausahaan dan di jadwal
tertera dosennya adalah tim kewirausahaan. Awalnya aku cukup tertarik dengan
mata kuliah ini. Aku membayangkan akan mendapatkan suasana baru dengan
dibimbing oleh para usahawan dari luar. Namun ternyata kawan-kawan, sangat di
luar dugaan. Kau tau, benar aku mendapatkan suasana baru, tapi bukan dengan
para usahawan dari luar melainkan suasana hampa karena mata kuliah ini tak
terkendali oleh jurusan. Bayangkan saja, sudah setengah semester tapi belum
pernah melakukan pertemuan. Hebat bukan kampusku ini?
Dan yang lebih membuat aku terkejut lagi adalah
ternyata kami harus belajar gabungan dengan seluruh mahasiswa EKI semester
empat dan enam. Waduh, padatnya bukan main, belum lagi panas dan ricuhnya
ruangan saat itu. Bener-benar gak kondusif banget deh belajar seperti itu. Aku
yang beberapa kali mencoba fokus, gagal akibat dibuyar oleh suasana yang tidak
mendukung. Dan satu lagi yang membuat kau kecewa, tim kewirausahaan yang ada
saat itu ternyata jauh dari bayangan. Dengan umat yang sebanyak itu, kami
dibimbing hanya dengan seorang dosen, itupun dosen lama. Bayangkan kawan hanya
seorang dosen. Lalu dimana timnya? Pikirku.
Di awal pertemuan, kajur kami memberikan petuah
yang mungkin dapat membangun semangat dan menentramkan hati kami. Ruangan masih
saja bergemuruh saat itu. Namun ada satu hal yang membuat aku bersemangat kala
itu. Selama ini, kajur kami itu pendukung berat organisasi ekstra kampus.
Setiap kali pertemuan kelas dengannya, dia akan menanyakan siapa saja dari kami
yang menjadi kader di salah satu organisasi ekstra kampus. Dan dia sangat
membanggakannya sekali. Bahkan tak memperdulikan organisasi intra saat kami
mengajukan diri. Sebab beberapa dari kami memang ada yang mengikuti organisasi
intra kampus. Bahkan dia mengatakan bahwa kader-kader yang berkualitas dan
dapat sukses itu adalah kader-kader yang dikeluarkan oleh organisasi ekstra
kampus. Benar-benar membuatku iri dan merasa terintimidasi.
Tapi kali ini kawan aneh sekali, kau tau, dia
secara terang-terangan sangat membanggakan salah satu organisasi intra kampus
dan secara tidak langsung sangat mendukung kelangsungan organisasi tersebut.
Dan yang membuat aku paling terperangah adalah
organisasi yang dia maksud ternyata organisasi yang sedang aku geluti
sekarang, LPM Dinamika. Yach, satu-satunya organisasi intra yang saat itu ia
sanjung-sanjung di hadapan kami adalah organisasiku itu. Dan aku benar tidak
salah dengar. Kali ini dia mengatakan bahwa organisasi dinamika sangatlah
bagus, sebab dapat melahirkan mahasiswa-mahasiswi yang mampu menghasilkan
tulisan yang sangat bagus, bla,,bla,,bla.. Bahkan secara tidak langsung dia
mengajukan agar kami bergabung dengan dinamika, sebab katanya zaman sekarang
ini sudah banyak dibuka industri tulis menulis. Dan industri seperti itu
berkembang.
Wow, dengan kata-katanya yang sangat
menggebu-gebu, aku yakin bebrapa mahsiswa ada yang terjerumus dalam perkataannya.
Sebagaimana aku dulu yang terkadang suka ikut mengiyakan pernyataan tentang
kehebatan organisasi ekstra kampus. Namun, kali ini aku menyetujuinya sampai
100%. Hal ini aku lakukan karena aku telah merasakannya kawan. Bidang tulis
menulis cukup menjanjikan hal-hal yang luar biasa. Kalian harus mencoba sendiri
baru dapat mengatakan sesuatu tentangnya. Aku berharap setelah ini banyak dari
teman-temanku yang mau bergabung dalam bidang tulis menulis. Kau tau, menulis
itu berarti mengukir sejarah. Kau diingat karena tulisanmu.
Begitu pula hari ini. Di mata kuliah Manajemen
Sumber daya insani. Aku kembali dikejutkan oleh dosen yang juga menjunjung
tinggi bidang tulis menulis. Biasanya si dosen ini lebih mengarahkan kami untuk
menjadi pengusaha yang memiliki skill bagus, namun kali ini ia mengarahkan kami
untuk menjadi penulis yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa ia menyesal karena
tidak memanfaatkan waktu mudanya. Sebab, sampai umurnya sekarang, hanya dua
buku yang dapat ia hasilkan. Sedangkan ia adalah seorang dosen yang telah lama
berkecimung di dunia yang bisa dibilang cukup dekat dengan hal tulis menulis.
Jika setiap tahunnya ia mau menuliskan bahan ajarnya dalam sebuah buku untuk
para mahasiswanya, bayangkan saja sudah berapa banyak buku yang dapat ia
hasilkan. Namun, itulah kawan, lagi-lagi waktu yang harus ditaklukkan.
Nah, dari pengalamannya itulah dosen MSDI ku ini
mengarahkan para mahasiswanya agar dapat memanfaatkan waktu untuk menulis dan
menelurkannya dalam sebuah buku. Dia sangat mengapresiasi mahasiswa yang mampu
menghasilkan buku. Bahkan ia menyebtkan beberapa mahasiswa lalunya yang sudah
berhasil menelurkan buku. Ini juga menjadi pendorong semangatku yang hampir
pupus kala itu. Benar-benar menyentilku untuk kembali menulis.
Terlebih lagi, saat dosenku menyebutkan mahasiswanya
yang sudah menghasilkan buku, teman-temanku yang lain pada sibuk menyebutkan
diriku. Haha, kenapa? Tentu itu pertanyaan yang ingin kalian lontarkan, bukan?
Jawabannya karena aku telah menelurkan sebuah buku kawan. J Memang bukan buku yang aku hasilkan
sendiri, melainkan hasil keroyokan. Namun, tetap saja aku berbangga hati karena
diusiaku sekarang aku bisa merasakan bagaimana menghasilkan sebuah buku. Kuberi
tahu kawan, rasanya begitu luar biasa. Seperti saat begitu teriknya matahari,
lidah kalian disentuhkan ice cream yang super duper lezat. Maknyus bukan??
Belum lagi semangat yang kembali diberikan pemum
LPM Dinamika kepadaku secara tidak langsung. Tak lama ini, ia telah berhasil
menelurkan buku tunggal perdananya. Berawal dari catatan-catatan hariannya
selama 100 hari yang kemudian ia tag ke note facebook. Dua hal yang aku petik
dari sini. Pertama, isi catatan-catatannya yang begitu menginspirasi para
pembaca, termasuk aku. Kelihatannya memang sepele, melihat sekilas kita akan
mengatakan bahwa semua orang dapat melakukannya. Namun, nyatanya tak semua orang
yang berhasil melakukannya. Sebenarnya bukan karena tak bisa tapi karena tak
mau.
Kedua, semangatnya untuk konsisten menulis.
Sebenarnya jika diamati tulisannya sederhana. Berangkat dari hal-hal biasa yang
kemudian dikembangkan menjadi hal yang luar biasa. Ini yang terkadang sering
kita abaikan. Terbiasa menganggap sepele hal-hal kecil. Mengabaikannya karena
menganggap hal tersebut terlalu gampang untuk kita lakukan. Benar, memang
gampang sekali, tapi mampukah kita menuliskannya hingga menjadi hal luar biasa?
Jangan hanya bicara, tapi buktikanlah kawan. Seribu teori tanpa aksi selamanya
akan tetap menjadi teori.
Kau tau kawan, ketika kau bertemu orang yang kau
anggap telah sukses, jangan lihat betapa besar kesuksesan yang saat ini telah
ia raih tapi lihatlah seberapa besar perjuangannya untuk bisa mencapai
kesuksesan itu. Dari situ kau akan tau bahwa segala sesuatu tak cukup hanya
dengan mimpi, tapi juga dengan action. So lakukan dari hal yang terkecil dan
lakukan dari sekarang.
Nah, hal-hal seperti inilah yang membuat aku
sekarang kembali bersemangat untuk menulis. Bagi penulis pemula seperti aku,
memutuskan untuk mengambil jalur menjadi seorang penulis dan mencoba konsisten
di sana bukanlah hal yang mudah. Namun, aku mencoba untuk konsisten untuk terus
menulis, menulis dan menulis. Mungkin tak banyak orang sukses dengan menulis,
tapi banyak orang sukses yang menulis. Bagiku pribadi, menulis dapat membuat
kita terlepas oleh keadaan apapun ketika kita telah menuliskannya. Kamu akan
merasakan kelegaan yang luar biasa. Dan satu lagi, ketika kamu telah menulis,
jangan heran kalau kamu bakal merasa ketagihan menulis, sampai-sampai gak mau
berhenti. Seperti diriku saat ini, aku ketagihan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar