Kamis, 30 Agustus 2012

Ketagihan Menulis


Hari ini aku lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Jadi, waktu untuk bertemu seisi rumah juga gak lama-lama banget. Terlebih lagi aku berada di luar rumah pada waktu-waktu yang memungkinkan semua keluarga untuk berkumpul. Dan berada di rumah pada waktu-waktu sebaliknya. Aku sudah beranjak keluar rumah sejak pagi buta dan baru pulang usia petang. Tak perlu kuulang alasannya kawan, alasannya masih sama. Yach, masih sama. Semuanya masih terasa sama. Aku mash saja merasa tak berkeluarga meski sebenarnya aku begitu ‘dekat’ dengan mereka.
Tapi tak apalah, lupakan. Sebenarnya hari ini aku tak berminat bercerita tentang hal itu kawan. Karena beberapa hari terakhir ini aku sudah banyak menceritakan tentang gundah gulana yang tak sedap didengar dan cukup menguras perasaan. Kali ini aku ingin bercerita tentang orang-orang yang kembali membangkitkan semangat menulisku. Yup, dalam waktu terakhir ini aku merasa sedang puasa menulis. Bagaimana tidak, jadwal yang tidak terkoordinir dengan baik membuatku cukup kewalahan menghadapi aktivitas yang melelahkan.
Dua hari yang lalu, tepatnya hari jum’at. Seharusnya hari itu cukup lengang oleh jadwal. Namun, tanpa diduga, mendadak ada laporan mata kuliah yang menyelinap masuk di hari itu. Dan tahukah kalian kawan, sudah setengah semester aku berada di semester empat, tapi baru kali inilah aku melakukan pertemuan dengan mata kuliah ini. Selama ini dia cuma ada di jadwal aja, gak pernah masuk. Bukan karena aku malas atau sering bolos, tapi memang mata kuliah ini gak jelas. Ini mata kuliah kewirausahaan dan di jadwal tertera dosennya adalah tim kewirausahaan. Awalnya aku cukup tertarik dengan mata kuliah ini. Aku membayangkan akan mendapatkan suasana baru dengan dibimbing oleh para usahawan dari luar. Namun ternyata kawan-kawan, sangat di luar dugaan. Kau tau, benar aku mendapatkan suasana baru, tapi bukan dengan para usahawan dari luar melainkan suasana hampa karena mata kuliah ini tak terkendali oleh jurusan. Bayangkan saja, sudah setengah semester tapi belum pernah melakukan pertemuan. Hebat bukan kampusku ini?
Dan yang lebih membuat aku terkejut lagi adalah ternyata kami harus belajar gabungan dengan seluruh mahasiswa EKI semester empat dan enam. Waduh, padatnya bukan main, belum lagi panas dan ricuhnya ruangan saat itu. Bener-benar gak kondusif banget deh belajar seperti itu. Aku yang beberapa kali mencoba fokus, gagal akibat dibuyar oleh suasana yang tidak mendukung. Dan satu lagi yang membuat kau kecewa, tim kewirausahaan yang ada saat itu ternyata jauh dari bayangan. Dengan umat yang sebanyak itu, kami dibimbing hanya dengan seorang dosen, itupun dosen lama. Bayangkan kawan hanya seorang dosen. Lalu dimana timnya? Pikirku.
Di awal pertemuan, kajur kami memberikan petuah yang mungkin dapat membangun semangat dan menentramkan hati kami. Ruangan masih saja bergemuruh saat itu. Namun ada satu hal yang membuat aku bersemangat kala itu. Selama ini, kajur kami itu pendukung berat organisasi ekstra kampus. Setiap kali pertemuan kelas dengannya, dia akan menanyakan siapa saja dari kami yang menjadi kader di salah satu organisasi ekstra kampus. Dan dia sangat membanggakannya sekali. Bahkan tak memperdulikan organisasi intra saat kami mengajukan diri. Sebab beberapa dari kami memang ada yang mengikuti organisasi intra kampus. Bahkan dia mengatakan bahwa kader-kader yang berkualitas dan dapat sukses itu adalah kader-kader yang dikeluarkan oleh organisasi ekstra kampus. Benar-benar membuatku iri dan merasa terintimidasi.
Tapi kali ini kawan aneh sekali, kau tau, dia secara terang-terangan sangat membanggakan salah satu organisasi intra kampus dan secara tidak langsung sangat mendukung kelangsungan organisasi tersebut. Dan yang membuat aku paling terperangah adalah  organisasi yang dia maksud ternyata organisasi yang sedang aku geluti sekarang, LPM Dinamika. Yach, satu-satunya organisasi intra yang saat itu ia sanjung-sanjung di hadapan kami adalah organisasiku itu. Dan aku benar tidak salah dengar. Kali ini dia mengatakan bahwa organisasi dinamika sangatlah bagus, sebab dapat melahirkan mahasiswa-mahasiswi yang mampu menghasilkan tulisan yang sangat bagus, bla,,bla,,bla.. Bahkan secara tidak langsung dia mengajukan agar kami bergabung dengan dinamika, sebab katanya zaman sekarang ini sudah banyak dibuka industri tulis menulis. Dan industri seperti itu berkembang.
Wow, dengan kata-katanya yang sangat menggebu-gebu, aku yakin bebrapa mahsiswa ada yang terjerumus dalam perkataannya. Sebagaimana aku dulu yang terkadang suka ikut mengiyakan pernyataan tentang kehebatan organisasi ekstra kampus. Namun, kali ini aku menyetujuinya sampai 100%. Hal ini aku lakukan karena aku telah merasakannya kawan. Bidang tulis menulis cukup menjanjikan hal-hal yang luar biasa. Kalian harus mencoba sendiri baru dapat mengatakan sesuatu tentangnya. Aku berharap setelah ini banyak dari teman-temanku yang mau bergabung dalam bidang tulis menulis. Kau tau, menulis itu berarti mengukir sejarah. Kau diingat karena tulisanmu.
Begitu pula hari ini. Di mata kuliah Manajemen Sumber daya insani. Aku kembali dikejutkan oleh dosen yang juga menjunjung tinggi bidang tulis menulis. Biasanya si dosen ini lebih mengarahkan kami untuk menjadi pengusaha yang memiliki skill bagus, namun kali ini ia mengarahkan kami untuk menjadi penulis yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa ia menyesal karena tidak memanfaatkan waktu mudanya. Sebab, sampai umurnya sekarang, hanya dua buku yang dapat ia hasilkan. Sedangkan ia adalah seorang dosen yang telah lama berkecimung di dunia yang bisa dibilang cukup dekat dengan hal tulis menulis. Jika setiap tahunnya ia mau menuliskan bahan ajarnya dalam sebuah buku untuk para mahasiswanya, bayangkan saja sudah berapa banyak buku yang dapat ia hasilkan. Namun, itulah kawan, lagi-lagi waktu yang harus ditaklukkan.
Nah, dari pengalamannya itulah dosen MSDI ku ini mengarahkan para mahasiswanya agar dapat memanfaatkan waktu untuk menulis dan menelurkannya dalam sebuah buku. Dia sangat mengapresiasi mahasiswa yang mampu menghasilkan buku. Bahkan ia menyebtkan beberapa mahasiswa lalunya yang sudah berhasil menelurkan buku. Ini juga menjadi pendorong semangatku yang hampir pupus kala itu. Benar-benar menyentilku untuk kembali menulis.
Terlebih lagi, saat dosenku menyebutkan mahasiswanya yang sudah menghasilkan buku, teman-temanku yang lain pada sibuk menyebutkan diriku. Haha, kenapa? Tentu itu pertanyaan yang ingin kalian lontarkan, bukan? Jawabannya karena aku telah menelurkan sebuah buku kawan. J Memang bukan buku yang aku hasilkan sendiri, melainkan hasil keroyokan. Namun, tetap saja aku berbangga hati karena diusiaku sekarang aku bisa merasakan bagaimana menghasilkan sebuah buku. Kuberi tahu kawan, rasanya begitu luar biasa. Seperti saat begitu teriknya matahari, lidah kalian disentuhkan ice cream yang super duper lezat. Maknyus bukan??
Belum lagi semangat yang kembali diberikan pemum LPM Dinamika kepadaku secara tidak langsung. Tak lama ini, ia telah berhasil menelurkan buku tunggal perdananya. Berawal dari catatan-catatan hariannya selama 100 hari yang kemudian ia tag ke note facebook. Dua hal yang aku petik dari sini. Pertama, isi catatan-catatannya yang begitu menginspirasi para pembaca, termasuk aku. Kelihatannya memang sepele, melihat sekilas kita akan mengatakan bahwa semua orang dapat melakukannya. Namun, nyatanya tak semua orang yang berhasil melakukannya. Sebenarnya bukan karena tak bisa tapi karena tak mau.
Kedua, semangatnya untuk konsisten menulis. Sebenarnya jika diamati tulisannya sederhana. Berangkat dari hal-hal biasa yang kemudian dikembangkan menjadi hal yang luar biasa. Ini yang terkadang sering kita abaikan. Terbiasa menganggap sepele hal-hal kecil. Mengabaikannya karena menganggap hal tersebut terlalu gampang untuk kita lakukan. Benar, memang gampang sekali, tapi mampukah kita menuliskannya hingga menjadi hal luar biasa? Jangan hanya bicara, tapi buktikanlah kawan. Seribu teori tanpa aksi selamanya akan tetap menjadi teori.
Kau tau kawan, ketika kau bertemu orang yang kau anggap telah sukses, jangan lihat betapa besar kesuksesan yang saat ini telah ia raih tapi lihatlah seberapa besar perjuangannya untuk bisa mencapai kesuksesan itu. Dari situ kau akan tau bahwa segala sesuatu tak cukup hanya dengan mimpi, tapi juga dengan action. So lakukan dari hal yang terkecil dan lakukan dari sekarang.
Nah, hal-hal seperti inilah yang membuat aku sekarang kembali bersemangat untuk menulis. Bagi penulis pemula seperti aku, memutuskan untuk mengambil jalur menjadi seorang penulis dan mencoba konsisten di sana bukanlah hal yang mudah. Namun, aku mencoba untuk konsisten untuk terus menulis, menulis dan menulis. Mungkin tak banyak orang sukses dengan menulis, tapi banyak orang sukses yang menulis. Bagiku pribadi, menulis dapat membuat kita terlepas oleh keadaan apapun ketika kita telah menuliskannya. Kamu akan merasakan kelegaan yang luar biasa. Dan satu lagi, ketika kamu telah menulis, jangan heran kalau kamu bakal merasa ketagihan menulis, sampai-sampai gak mau berhenti. Seperti diriku saat ini, aku ketagihan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar