Sabtu, 19 Januari 2013

Kumpulan Puisi


Dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Menguak Tabir”

Jingga Senja
Hilang nestapa bercampur ria
Semburat goresan bibir muncul di senja
Menembus jingganya langit menghantam bumi
Memercikkan kedamaian insani
Lihat awan menggantung rendah
Menggumpal tutupi sinar merah
Tampak pula burung terbang menuju rumah
Berkejar-kejaran dengan pasangannya
Memperlihatkan betapa romantisnya mereka
Di balik eksotika alam



Lukisan Lalu
Kawan, lihatlah langit tak secerah kemarin
saat kita masih menatapnya dari balik pohon rindang
bermain menerka-nerka bentuk awan yang menyerupai hewan
sesekali mengejar langkah burung yang terbang beriringan juga berkejaran
lalu menari riang di bawah rintihan hujan
yang membasahi keringnya sawah akibat kemarau semalam

Belum lagi jalan sepi ditemani kerlipan lampu jalan usang itu
Menjadi saksi bisu bahwa kita saling mengenal dan mengucapkan kata rindu
Saat kita masih tak mengerti makna kata yang sedang terlontar
Masih leluasa menjadi korban penipuan zaman
Bahkan saat kita belum mencicipi bangku sekolah

Aduhai,, masih saja kenangan itu berkelebat
Sesekali menetap tak sopan
Aku tersipu malu tiap kali kembali teringat
Menyentil nakal seperti sedang menggoda anak kecil dengan permennya

ah,, masa-masa itu telah lama berlalu
Namun kenangan itu masih saja hinggap erat
Masihkah kau tetap tak kembali
untuk meneruskan lukisan kisah kita

akankah kau akan membiarkanku terus menanti?
Berharap dapat bemain seperti dulu
Haruskah aku menerima takdir langit untuk lupakan masa itu?
Sebab kau juga tak pernah ucapkan kata pisah?
Cepatlah datang padaku dan kita selesaikan lukisan itu..


Rahmat Tiada Tara
Sepi merajut ketenangan
Membondong berjuta-juta kebahagiaan
Menyuntikkan semangat juang
Labirin hati yang kian goyang

Di sudut sepertiga malam
Kau hembuskan ruh dengan kelembutan
Mengajakku bermunajat padaMu
Wahai pemegang 99 nama agung

Di kala umat masih kian terbuai
Oleh empuk alas tidur mereka
Menempelkan lambung pada ranjang istana
Syukur tertoreh karena aku terjaga

Kenikmatan yang kau hadirkan tiada tara
Menciptakan keharmonisan lembayung jiwa
Menyentuh titik yang tak berdaya
Ketika sujud tersembahkan untukMu, wahai Tuhan yang Maha Esa..


Waktu yang Terbuang
Tak terasa detik berjalan melewati batas penyangga
Merambat liar di taman waktu
Menghantar sisi kebisuan karya dalam diam
Tanpa pamrih rasa sesal menggedor paksa

Kesangkaan berubah menyerupai kehampaan aksara
Dalam lembar putih penanti goresan kata
Harapan berkata akan tiba masanya
Hendak menyamakan posisi terhambat dinding kepuasan maya

Ternyata angin tak sudi memalingkan wajah rayuan
Melambai-lambaikan daun di ranting kebodohan
Lalu berayun pelan dimainkan angin
Sebelum akhirnya jatuh tak berdaya atas sebuah penyesalan..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar