Minggu, 15 Juli 2012

Musuh VS Teman


“Ambil hal positif, sertai dengan pikiran positif dan lakukan dengan positif, tak lain akan menelurkan hal yang positif pula.”
Aku masih saja tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Begitu banyak kesalahan-kesalahan maupun keadaan yang menyimpang dari harapan. Pernahkah kalian berpikir mengapa dunia begitu kejam dengan keadaan. Menuai kisah tak terenggut oleh kedamaian. Bagaimana mungkin hidup bisa begitu kejam?
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada hambaNya melebihi kemampuan hambaNya tersebut. Berbekal pernyataan ini aku mulai menjalani hari-hari yang semakin lama terasa semakin kelam. Tak tahu apakah aku telah melakukan suatu kesalahan dan inilah hal buruk sebagai akibatnya atau memang ini adalah sebuah cobaan yang diturunkan Tuhan. Semakin aku berusaha melakukan demi menjadi yang terbaik, semakin aku merasa tersudut dengan hal-hal yang tak pernah diharapkan.
Bagaimana mungkin ini bisa terus terjadi? Aku di sini masih saja berkutat dengan orang-orang yang tak pernah mengerti betapa aku tak ingin ini terjadi. Lalu apakah aku harus tetap diam dan menjalani hari-hari seperti ini? terus dan terus. Aku kira tidak. Lalu bagaimana yang benar? Apa yang harus kulakukan demi menyelesaikan semuanya?
Para motivator mengatakan “Selesaikan”. Jika hanya jawaban ini yang bisa terlontarkan oleh mereka, buat apa kita harus membuang banyak tenaga, uang dan waktu untuk mereka. Dunia juga tahu segala sesuatu yang belum selesai harus diselesaikan. Lalu penyelesaian yang bagaimana yang harus kita pilih untuk digunakan? Itu yang menjadi persoalan dan terkadang tidak semua orang tahu jawabannya, sehingga mereka yang merasa tersudut oleh penantian jawaban tersebut membutuhkan bantuan sesama dalam manuntaskannya.
Manusia merupakan makhluk sosial, semua orang juga yakin akan hal ini. Lalu orang yang seperti apa yang dapat menjadi teman yang baik? Kita tak mungkin berteman dengan semua orang bukan? Ada pendapat yang menyatakan bahwa diri kita dapat diukur dengan bagaimana teman kita. Lalu akankah kita tetap bertahan berada di tengah orang-orang yang selalu berusaha menjatuhkan kita?
Terkadang kita tak bisa lepas dengan mereka. Tuntutan takdir atau apalah namanya hingga kita benar-benar selamanya harus berada di dekat mereka, orang-orang yang begitu kejam dengan kita. Aku kira ini sangat keterlaluan. Selamanya bertahan di tengah mereka akan membuat kita semakin terpuruk oleh keadaan karena selalu memikirkan perkataan mereka dan akhirnya mengiyakan apa yang mereka katakan terhadap kita. Lambat laun kita akan terjebak oleh kebencian. Namun tetap tak dapat berbuat apapun. Hidup dengan penuh kebencian rasanya bagai menjilat bara api lalu menelannya bulat-bulat tanpa henti.
Lain lagi ungkapan yang menyatakan bahwa lebih baik berteman dengan musuh daripada dengan teman sendiri. Lebih baik mendengarkan kritikan musuh daripada kritikan teman sendiri. Terkadang hal ini benar. Ketika kita memiliki seseorang yang kita anggap sebagai musuh kita, maka apa yang dikatakannya terkadang adalah sebuah kenyataan yang memilukan kita. But its reality. Mereka akan mengungkap apa saja tentang kita yang tak pernah kita harapkan dan tak akan kita temukan dari mulut teman kita. Seorang teman tidak akan tega menyatakan kejelekan kita di depan kita bukan? Dia senderung mengatakan yang baik terhadap kita meski terkadang itu adalah dusta.
Pernahkah membayangkan bahwa perkataan dari musuh akan lebih membangun jiwa kita menjadi lebih baik daripada perkataan dari teman? Ini satu hal positif dari seorang musuh. Namun bukan berarti aku menyarankan kalian untuk memiliki musuh, hanya saja terkadang yang kita butuhkan bukanlah sebuah pujian melainkan kritikan pedas dari seseorang yang akhirnya dapat kita tanggapi dengan perubahan menuju pembangunan jiwa yang baik.
Di sini mungkin akan sangat bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa akan sangat sulit hidup di kelilingi oleh orang-orang yang tak pernah kita harapkan. Sepintas benar. Namun jika kalian dapat berpikir di luar kotak pemikiran kalian sekarang, kalian akan temukan  bahwa pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan di atas sangat terpaut. Tergantung bagaimana kita menaggapinya. Benar, sulit jika kita berada di dekat orang-orang yang tidak kita sukai. Itu jika kita hanya terpuruk dengan hinaan-hinaan yang mereka lontarkan terhadap kita tanpa berbuat apapun. Dan sulit jika kita selama ini telah terbiasa berada di zona nyaman dan dengan terus beranggapan kita hanya membutuhkan orang-orang yang mampu memberikan dukungan penuh atas apa yang kita lakukan.
Namun, jika kita dapat melihat semuanya dengan pandangan yang lebih positif, mungkin kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih positif pula. Kita membutuhkan keseimbangan di sini. Baik dari internal maupun eksternal. Jika kita berjiwa besar, kita dapat menjadikan kritikan musuh menjadi sebuah pelajaran untuk membenah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Akan muncul rasa untuk membuktikan bahwa apa yang telah mereka katakan terhadap kita adalah salah adanya.  Dan untuk itu, kita membutuhkan dukungan orang-orang yang kita sanyangi dan menjadikannya sebagai sebuah keindahan hidup berupa semangat bagi kita untuk menjalani hari-hari berat selama ini.
Bukankah ini lebih menyenangkan? Ambil hal positif, sertai dengan pikiran positif dan lakukan dengan positif, tak lain akan menelurkan hal yang positif pula. Bila masih tak mendapatkannya, lakukan lagi hingga kita dapatkan apa yang kita mau. Hidup hanya sekali, jadi jangan sia-siakan dengan hal yang tak perlu. Lakukan sekarang atau tidak sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar